Saturday, September 04, 2010

Lagi Rintihan Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia

Saya sudah cukup paham dengan media2 Indonesia…sudah lama saya amati…
Membuat saya marah dan benci pada media2 di dalam negeri sendiri…
Hanya pandai memprovokasi, kebanyakan awak jurnalisme kita hanya copy paste daripada yang lain ditambah bumbu2 sensasi…

Saya orang Indonesia, jujur pernah jadi TKI selama 6 tahun. Pahit manis telah saya telan ketika bekerja disana. Awal pertama datang kesana, saya memang punya ego yang besar dan ingin menunjukkan aku lebih hebat dari orang2 lokal (Malaysia). Tapi, lama2 saya mendapat pelajaran berharga. Bahwa sikap ramah tamah dan sopan santun yang mereka tawarkan pada saya dan kawan2 membuat kami luluh.

Para TKI seperti saya pada umumnya sangat nasionalis. Orang Indonesia memang terkenal nasionalisnya tinggi. Tapi, kalau nasionalis yang saya amati dan apa yang menghinggapi saya, ternyata adalah semu belaka. Ketika kita hanya berbangga-bangga dengan negara kita, nasionalis itu AKU banget. Sekedar bangga dan marah jika ada orang dari luar seskali berbuat salah kepada kita. Tapi, akhirnya saya sadarNasionalis itu apa yang harus kita berbuat untuk negara dengan arif dan bijaksana, lebih bijak menggunakan otak pikiran daripada emosi. Apa yang mesti kita perbuat untuk pembangunan negara kita menuju yang lebih baik.

Malaysia adalah negara yang menurut saya adalah negara Internasional. Anda bisa menemui orang2 dari berbagai penjuru dunia. Jadi, mereka sudah terbiasa dan kenal dengan watak2 dari pelbagai negara karena bukan saja mereka lihat orang2 asing dinegaranya, tapi mereka juga berkawan baik. Maka dari itu Malaysia adalah termasuk tempat favorite dari berbagai penjuru dunia. Karena, seakan-akan mereka diperlakukan sama dengan dengan warga negaranya sendiri.

Sebaliknya dengan kita, kita sehari-hari hanya sibuk dan berkenalan hanya dengan orang2 sekitar kita sesama Indonesia. Meski sebagian ada yang berteman dengan orang asing, tapi sangat2 sedikit sekali. Jadi, perbedaan Indonesia dengan Malaysia adalah…Kalau Malaysia negara yang orangnya lebih paham atas tabiat2 orang asing, sedangkan Indonesia bisa dikatakan hampir 99% buta terhadap tabiat2 orang asing, karena kebanyakan dari kita tidak bergaul sama sekali dengan orang2 dari berbagai penjuru dunia.

Jadi, penduduk Malaysia lebih punya rasa Internasionalis daripada kita. Sedangkan kita, lebih terkungkung/terkurung dalam sikap primodial kita. Jadi yang ada adalah, kita merasa lebih baik, lebih benar, dan sebagainnya dari orang asing tanpa mengetahui atau mengenal sama sekali orang lain tersebut. Jangankan dengan negara lain, antar RT saja bisa tawuran, antar sekolah, bahkan antar Universitas(sebenarnya ini paling memalukan di dunia-sebagai orang yang paling berpendidikan bisa berbuata konyol), antar suku dan lain2. Dan, ini jarang terjadi di negara lain….kecuali pada negara yang masih punya peradaban yang rendah.

Dalam permasalahan dengan Malaysia, kenapa kita masyarakat luas bisa terpancing emosi. Kenapa kalau yang TIDAK EMOSI dikatakan tidak nasionalis?Saya mau tanya pada orang2 yang emosi, seberapa banyak anda mengetahui, mengerti sampai mengenal mereka??Jawabanya adalah…BUTA….

Anda hanya tau info tentang Malaysia hanya sebatas dari Media2 lokal kita. Anda tau Media2 kita tersebut? sebagian mereka adalah awak jurnalisme yang mencari penghasilan dengan cara yang mudah, mengangkat tema2 yang mengundang sensai, aji mumpung(copy paste ajalah dari pada susah payah cari sendiri), keakuratannya sangat rendah, tidak pandai membawa pembaca/masyarakat kearah yang lebih baik alias kurang mendidik, dan yang jelas Media kita adalah salah satu MESIN PROVOKATOR terbaik didunia bagi masyarakat Indonesia.

Ini tak heran, kenapa jika kita mendengar sebuah perkataan saja “Malaysia”. Banyak yang langsung berpikiran negatif. Tanya kenapa? karena kita telah di “cuci otak” oleh media2 kita. Contoh: Kasus TKI, Perebutan Pulau, dll…

Mari kita telaah baik2…
Sebagai pengalaman saya sebagai TKI yang cukup lama, saya sendiri sempat tidak betah di Malaysia. Bukan karena saya disiksa atau tidak dihargai, atau diperlakukan semena-mena. Bahkan, saya dan teman2 yang jumlahnya ratusan tersebut merasa puas dengan perlakuan Negara Malaysia dan warga negaranya karena diperlakukan adil dan tidak dibeda-bedakan. Ketika media2 kita asyik dengan provokasinya2, waktu disana…saya berinisiatif untuk tanya kepada orang2 Indonesia yang jadi TKI disana. Mulai dari teman2 saya sampai TKI yang saya jumpai dijalan.

Pertanyaannya adalah, “Bagaimana anda bekerja disini?” “Apakah Malaysia tidak adil kepada anda?” “Kerasan atau tidak?” dsb…Coba apa yang saya dapatkan jawabanya dari mereka? Ternyata semua yang saya temui waktu itu merasa puas terhadap perlakuan “Malaysia”. Bahkan, sebagian dari para TKI tersebut berani berkata “Saya diperlakukan lebih adil disini(Malaysia), daripada dinegerinya sendiri”.

Lalu pertanyaannya adalah, Kenapa diMalaysia terjadi begitu banyak kasus2 para TKI? mulai dari penyiksaan, sampai kasus hukuman mati. Saya, jujur sebagai mantan TKI yang pernah kerja disana, juga turut bersedih jika ada siksaan dsb…Tapi, anda perlu tau. Itu tidak mencerminkan seluruh TKI diperlakukan kejam. TKI yang disiksa hanyalah gak ada seujung kuku dari jumlah keseluruhan TKI disana. Kejahatan bisa terjadi dimana-mana…Bahkan saya sering lihat di media2 kita yang mengabarkan pembantu disiram air panas, dipukul, sampai dibunuh di media2 kita. Lihat saja tv2 kita pada saat menayangkan berita kriminal.

So, Hampir semua TKI yang saya temui merasa hepy disana. Maka tak heran banyak yang sudah pulang kampung memutuskan untuk pergi kesana lagi. Bahkan, dengan cara ilegal sekalipun. Meski mereka tau kalau ilegal jika tertangkap hukumannya berat.

Dalam memberitakan masalah TKI, media kita pun tidak fair. Ini saya maklumi, karena awak media kita memang kurang mengenal mereka. Jadi, pemberitaan lebih membenarkan sepihak, yaitu pada kita sendiri tanpa perlu mengetaui pokok permasalahannya. Ibarat karena nila setitik rusak susu sebelanga. Karena kejahatan satu dua orang kita menghakimi seluruh rakyat Malaysia jahat. Oke, saya tanya pada diri dan anda semua, Pernahkah kita diajari “Comparasion/perbandingan” pada pelajaran matematika disekolah. So, berapa banyak orang TKI yang bekerja disana baik legal maupun ilegal? jawabanya adalah jutaan….anda akan mudah menemui orang indonesia disana, semudah anda menemui orang lokal(Malaysia). Dan, bandingkan dengan orang yang disiksa disana…Maka, orang yang mengatakan “Malaysia Kejam” terhadap TKI…saya harap anda buka lagi deh buku pelajaran matematikannya SD.

Lagi, kenapa disana banyak TKI yang kena kasus, mulai dari ilegal, sampai kriminalitas. Jawabanya adalah, kembali pada TKI tersebut. Orang Indonesia mencuri atau merampok,menjambret, menodong, memperkosa,melacur, membuat suasana kumuh, sampai membunuh , dsb…seperti pemberitaan hal yang biasa disana. Dan, pada pengalaman saya sendiri, berapa banyak asrama saya kemalingan…Lagi2 dilakukan oleh orang Indonesia, tawur(kalo tdk tawur tidak friend) dan masalah2 sepele lainnya.
Sebenarnya saya mau tulis komen sedikit, tapi ini dah terlalu panjang. Mungkin saya mau buat tulisan sendiri di kompasiana ini nanti..
Salam kenal mbak Wening, selamat belajar dan tolong ajak teman2 sesama pelajar ataupun para TKI disana menulis sesuatu yang benar dan adil tentang Malaysia untuk menangkis KEJAHATAN MEDIA2 KITA..kasian rakyat kita sudah mabuk karena provokasi mereka dan diombang-ambingkan oleh tulisan2 BUTA mereka. Karena, pada saat ini dinegara kita, orang bisa menulis apa saja tanpa mau mempertimbangkan sebab dan akibat. Yang terpenting adalah demi perutnya dirinya sendiri. Naudzu billah….

No comments: